03502 2200289 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059082001400100084002000114100002900134245010000163300004100263700002600304700003200330700003100362700002800393520259000421264006603011336002103077337003003098338001803128650001403146650002303160650002903183PBTAN00000000000072020250221012726 a0010-1024000050ta250221 g 0 ind  a633.18.05 a633.18.05 HUS b0 aHusin M. TohaePengarang1 aBudidaya Padi Gogo :bSebagai Tanaman Tumpangsari Hutan Tanaman Industri (HTI) /cHusin M. Toha aiv, 38 hlm :bilus, ; 21 cm ;c21 cm0 aWidyantoroePengarang0 aMade Jana MejayaePengarang0 aPriatna SasmitaePengarang0 aAgus GuswaraePengarang aBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang mempunyai tugas sebagai penghasil inovasi teknologi baru telah berhasil membuka peluang untuk pengembangan tanaman pangan pada areal peremajaan hutan melalui sisttim tumpangsari. Budidaya tanaman pangan khususnya padi gogo pada lorong jati dapat dilakukan sampai naungan tanaman pokok mencapai 50%. Pada peremajaan hutan tanaman industri (HTI) seperti hutan jati, sistim tumpangsari bisa sampai tahun kedua pada jarak tanam (3 x 3) m. Bila jarak tanam Jati diubah menjadi (6 x 2) m (tanpa mengurangi populasi), sistim tumpangsan bisa dilakukan sampai tahun ke empat. Melalui sistim tumpangsari, masyarakat sekitar hutan dapat menarik manfaat untuk malakukan budidaya tanaman pangan sekaligus meningkatkan produksi dan penghasilannya. Pada pihak kehutanan juga terbantu dalam persiapan lahan untuk penanaman ulang. pemeliharaan tanaman pokok hutan dan mengurangi pengembalaan ternak liar serta kemungkinan adanya kebakaran hutan. Menurut data BPS 2009, rata-rata 4 (empat) tahun program reboisasi hutan negara dan peremajaan hutan rakyat mencapai sekitar 450.000 ha/th. Berdasarkan batas naungan tanaman pokok 50%, untuk peremajaan hutan negara dan hutan rakyat penerapan sistim tumpangsari minimal dapat dilakukan 2 kali atau mencapai 900.000 ha/tahun. Bedasarkan hasil penelitian sepuluh tahun terakhir, baik di KPH Randublatung (Jawa Tengah), KPH Indramayu (Jawa Barat), dan KPH Banten hasil padi gogo sistim tumpangsari tahun pertama dapat mencapai diatas 5.0 t/ha dan tahun kedua lebih dari 4,0 t/ha GKG. Berdasarkan data hasil penelitian ini, tumpangsari padi gogo pada program peremajaan hutan dapat menyumbang lebih dari 4 juta ton gabah/tahun cukup signifikan untuk peningkatan produksi padi nasional (P2BN). Nilai tambah sistim tumpangsari dapat ditingkatkan lagi, bila setelah panen padi gogo diikuti dengan penanaman kedelai dengan sistim tanpa olah tanah. Penanaman kedelai setelah padi gogo mempunya keuntungan finansial dari hasil biji kedelai, dapat meningkatkan kesuburan tanah dan hasil biji kedelai dapat dijadikan sebagai sumber benih untuk penerapan pola tanam padi-padi-kedelai pada ekosistim lahan sawah ingasi. Panduan teknis budidaya padi gogo sebagai tanaman tumpangsari hutan jati muda, juga dapat digunakan sebagai panduan sistim tumpangsari padi gogo pada peremajaan tanaman perkebunan muda seperti karet dan kelapa sawit. Buku ini diharapkan bisa menjadi acuan untuk pengembangan padi gogo dan palawija dilahan hutan dan membantu petani sekitar hutan untuk peningkatan produksi padi dan pendapatannya. aJakarta :bBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,c2013 2rdacontentateks 2rdamediaatanpa perantara 2rdacarriera- 4apadi gogo 4apertanian industri 4aagriculture productivity